Museum di Hatiku

Selamat Datang

di Website Museum La Pawawoi

"Ada apa saja sih, di Museum ?"

Pertanyaan yang sering dilontarkan oleh masyarakat ketika mendengar kata "Museum"

Di museum kami berupaya menampilkan rangkaian sejarah Bone yang dikisahkan melalui koleksi, untuk memberikan gambaran lengkap kepada masyarakat tentang sejarah Bone

Visi Misi

Visi

Mewujudkan Museum La Pawawoi sebagai salah satu objek wisata sejarah dan budaya, edukatif, rekreatif, serta atraktif bagi semua lapisan masyarakat.


Misi

Dalam rangka mewujudkan visi tersebut, maka ditetapkan misi sebagai berikut:

1.   Mengaplikasikan peran museum sebagai pelestarian benda-benda peninggalan sejarah dan budaya masyarakat bugis Bone.

2.   Memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai perkembangan budaya di Kabupaten Bone.

3.   Mengkomunikasikan koleksi sebagai bukti sejarah budaya masyarakat bugis Bone (Sulsel).

4.   Menyelenggarakan kegiatan edukatif dan kreatif yang atraktif.

5.   Memberikan pengalaman yang menyenangkan dan prima bagi pengunjung.



Sebagai museum pertama dan satu-satunya di Kabupaten Bone, Museum La Pawawoi berupaya mewujudkan Visi Kabupaten Bone yang Mandiri, Berdaya Saing, dan Sejahtera.  Juga menjadi perpanjangan tangan Dinas Kebudayaan Bone dalam membangun sistem informasi bidang kebudayaan


 Sejarah Museum La Pawawoi

Pembentukan Museum La Pawawoi diprakarsai oleh Kepala Daerah Tingkat II Bone H. Suaib dan Kepala Kebudayaan Andi Muh. Ali Petta Nompo. Pada tanggal 5 Januari 1971 dibentuklah Museum La Pawawoi berdasarkan keputusan Kepala Daerah Tingkat II Bone Nomor: 1/DN.K/KPTS/1/1971. Museum La Pawawoi menggunakan gedung Saoraja Andi Mappanyukki sebagai bangunan utama museum.

 

Penamaan Museum La Pawawoi diinisiasi oleh Bapak H. Suaib selaku Kepala Daerah Tingkat II Bone. Beliau yang baru saja tiba dari Jakarta dalam rangka penetapan La Pawawoi sebagai pahlawah nasional terinspirasi atas jasa dan sepak terjang La Pawawoi ketika berperang melawan Belanda tahun 1905. Oleh karena itu nama La Pawawoi kemudian dijadikan nama museum yang baru saja diresmikan. Pendapat lain juga mengatakan bahwa penamaan La Pawawoi digunakan sebagai nama museum dikarenakan koleksi-koleksi kerajaan yang dipamerkan di museum ini merupakan koleksi yang dulunya berada di Saoraja La Pawawoi (Bola Subbi’e).

 

Banguan Museum La Pawawoi yang saat itu telah berusia 48 tahun diputuskan akan dipugar untuk menjaga kondisinya. Gedung Museum La Pawawoi dipugar pada proyek pemugaran dan pemeliharaan peninggalan sejarah dan purbakala Sulawesi Selatan. Proyek tersebut membutuhkan dua tahun anggaran untuk penyelesaian yaitu tahun 1979/1980 sampai dengan 1980/1981. Setelah pemugaran selesai, Museum La Pawawoi diresmikan Kembali oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Dr. Daud Yusuf pada tanggal 14 April 1982.

Sejarah Bangunan Museum La Pawawoi

Bangunan yang sekarang difungsikan sebagai Museum La Pawawoi memiliki sejarah yang panjang. Bangunan ini dibangun pada tahun 1929 oleh pemerintah Hindia Belanda, yang diperuntukkan sebagai Istana Puatta' Andi Mappanyukki sebagai Mangkau (Raja Bone) ke-32. Setelah memasuki masa kemerdekaan, semua aset Kerajaan Bone dan Hindia Belanda diambil alih oleh Pemerintah Indonesia, termasuk bangunan ini. 

Pemerintah Indonesia melalui Daerah Tingkat II Bone kemudian memanfaatkan bangunan ini sebagai Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Gotong Royong (DPRD GR), setelah DPR GR dipindahkan ke gedung baru, bangunan ini dimanfaatkan sebagai Gedung Pengadilan, setelah itu dimanfaatkan lagi sebagai Kantor Polisi Militer (POM). Barulah pada tahun 1971 bangunan ini difungsikan sebagai Museum hingga saat ini.

Karena memiliki sejarah yang panjang dan menjadi saksi perkembangan sejarah Kerajaan dan Kabupaten Bone, bangunan Museum La Pawawoi telah ditetapkan sebagai Bangunan Cagar Budaya oleh Bupati Bone pada tanggal 27 Desember 2022, melalui Keputusan Bupati Nomor 610 Tahun 2022.