Sebelum masa Kerajaan Bone (1330-1951?) telah ada budaya yang berkembang. Masa itu disebut Masa Prasejarah, hasil penanggalan yang dilakukan oleh para peneliti membuktikan telah ada kehidupan di dalam gua-gua prasajarah di Kecamatan Bontocani sejak 7.500 tahun yang lalu. Selain itu juga ditemukan berbagai situs masa prajerah yang tersebar di wilayah Kabupaten Bone.
Masa Prasejarah merupakan masa ketika manusia belum menemukan tulisan, sehingga untuk memahami kehidupan manusia pada masa prasejarah, peneliti melakukan pencarian dan penggalian terhadap artefak-artefak yang digunakan manusia masa lampau.
Bukti peninggalan masa Prasejarah di Kabupaten Bone dapat dijumpai di Kecamatan Bontocani. Kecamatan Bontocani memiliki gugusan pegunungan karst yang kaya akan tinggalan prasejarah. Terdapat dua situs prasejarah yang telah ditetapkan sebagai cagarbudaya oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bone yaitu Situs Gua Uhallie dan Situs Leang Cappa Lombo.
Koleksi duplikat kotak ekskavasi dari Situs Leang Cappa Lombo beserta beberapa artefak batu yang digunakan oleh manusia prasejarah pada masa lampau dapat disaksikan di Museum La Pawawoi.
Masa Prasejarah di Kabupaten Bone telah berlangsung setidaknya 7.500 tahun yang lalu, yang dibuktikan dengan penemuan rangka manusia di Leang Cappa Lombo, Desa Pattuku, Kecamatan Bontocani. Penemuan tersebut memberikan pemahaman bahwa, jauh sebelum munculnya kerajaan Bone tahun 1330, telah berkembang budaya “berburu dan mengumpulkan makanan”. Masyarakat pada masa itu masih hidup dan menetap di gua-gua serta melakukan aktivitas berburu dan mengumpulkan makanan untuk terus bertahan hidup. Penelitian beberapa tahun belakangan menemukan cukup banyak gua-gua prasejarah yang tersebar di kawasan kars Bontocani. Situs prasejarah yang memiliki tinggalan budaya yang cukup banyak yaitu Leang Cappa Lombo, Leang Balang Metti, dan Leang Uhallie.
Penelitian lainnya menunjukkan bahwa masih ada fase budaya yang diperkirakan lebih tua dari situs Leang Cappa Lombo yaitu penemuan sebaran artefak batu di sepanjang pesisir Sungai Walanae, Kecamatan Lamuru. Situ-situs tersebut memiliki artefak yang mencirikan budaya Paleolitik (Batu Tua).